Selamat Jalan Duyufurrahman

OPINI – Labbaikallahumma labbaik, Labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. Laa syarika lak.

Hari ini, Senin (27/05), sebanyak 358 jemaah calon haji Kabupaten Mandailing Natal yang tergabung dalam Kelompok Terbang (kloter) 15 akan diberangkatkan dari Masjid Agung Nur Alan Nur Aek Godang, Panyabungan menuju embarkasi Medan untuk seterusnya bertolak ke Arab Saudi.

Biasanya, sejak pagi hari bahkan semalam sebelumnya rumah-rumah para tamu Allah ini sudah ramai. Beragam kesibukan menemani. Kedatangan handai tolan dan sanak saudara menjadi hal lumrah. Doa-doa baik dimunajatkan. Semua turut berbahagia atas kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada calon haji. Kebahagiaan itu diaktualisasikan dengan turut serta mengantar calon haji dengan mengalo-alo (diarak) ke masjid di masing-masing desa/kelurahan untuk berangkat bersama calon lain dari desa/kelurahan itu menuju titik kumpul kabupaten. Banyak pula sanak keluarga yang turut dalam pengantaran ke titik kumpul kabupaten sembari memberikan ucapan selamat jalan dan doa-doa terbaik.

Menjelang keberangkat menuju embarkasi, raut wajah penuh kegembiraan dan tangis bahagia pecah di sana-sini. Rasa haru meluap. Pelukan erat terlihat lebih tulus dibandingkan saat meminta maaf pada masa Idulfitri. Jabat tangan saudara, rekan kerja, dan teman yang mengiringi lebih hangat dari ratusan jabat tangan sebelumnya, meski dari orang yang sama. Salawat yang bergema padu dengan doa-doa sejak dari rumah sampai masa pelepasan oleh pemerintah daerah setempat.

Kebahagiaan tak hanya bagi mereka yang berangkat haji dan sanak keluarga yang mengantar, tapi juga bagi masyarakat luas. Ribuan orang akan berbaris di sepanjang jalan Kota Panyabungan sampai ke Siabu melambaikan tangan. Tak pandang usia, tua muda dan anak-anak turut merasakan haru dan bahagia itu. Seolah tak ada yang ingin melewatkan hari bahagia tamu-tamu Allah ini. Doa-doa terus mengalir.

Tahun ini ada sebanyak 241.000 calon jemaah haji asal Indonesia yang dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci. Jumlah tersebut bertambah sekitar 20.000 dari kuota awal. Pertambahan itu lahir berkat usaha yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Angka ini pun jadi rekor dalam jumlah pemberangkatan sepanjang sejarah penyelenggaraan ibadah haji. Setengah dari penambahan itu disediakan bagi jemaah reguler dan sisanya bagi jemaah haji khusus. Jemaah regular ini dibagi dalam 554 kloter yang diberangkatkan melalui 13 bandara dari 14 embarkasi. Mandailing Natal pun menjadi salah satu daerah yang mendapat jatah penambahan kuota. Tahun ini ada dua kloter utuh dan satu gabungan. Kloter 3 telah bertolak ke Arab Saudi pada Kamis (16/05) lalu. Sementara Kloter 15 (penuh) akan menuju embarkasi hari ini dan Kloter 21 (gabungan) akan diberangkatkan ke Medan pada 04 Juni 2024.

Haji merupakan ibadah yang cukup mengandalkan fisik, maka, kesehatan dan ketahanan tubuh yang baik harus menjadi prioritas setiap calon haji. Terlebih suhu udara di Tanah Suci saat ini sedang tinggi-tingginya. Tentu ini juga harus menjadi perhatian lebih para pendamping yang fokusnya pada kesehatan jemaah.

Di sisi lain, haji merupakan panggilan Allah SWT terhadap hamba-Nya dan ini harus menjadi satu keyakinan bagi jemaah sehingga motivasi ibadah terjaga dan fokus. Tidak semua orang yang mendapatkan panggilan ini. Meskipun biaya haji kian tahun kian tinggi bukan berarti mereka yang bisa ke sana hanya orang-orang yang memiliki banyak uang. Nyatanya, banyak orang kaya tidak berkesempatan menginjakkan kaki di Tanah Suci untuk tawaf, sa’i, melempar jumrah, dan bermalam di Muzdalifah. Sementara itu banyak pula kita dengar kisah orang-orang kecil yang berhasil berangkat menunaikan ibadah haji dengan menyisihkan penghasilan sedikit demi sedikit. Kisah mereka pun menjadi inspirasi bagi siapa saja yang berharap dan berniat dipanggil menjadi tamu Allah di Makkatul Mukarramah. Profesi tidak menjadi penentu seseorang bakal menjadi haji atau tidak. Birokrat, politisi, tukang bengkel, petani, dan profesi lain telah banyak yang menunaikan ibadah haji. Menjadi tamu Allah tak memandang status duniawi, karena saat menunaikan ibadah haji seluruh atribut itu tinggal, termasuk anak, istri dan sanak keluarga. Semua sama di hadapan Allah SWT. Campur tangan Allah benar-benar terasa dalam pelaksanaan ibadah ini. Buktinya, banyak yang lansia mampu menjalankan ibadah dengan baik. Tak jarang pula yang usianya lebih muda dengan fisik yang jauh lebih kuat justru kewalahan.

Berkaca pada pengalaman istri ketika ditunjuk sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) pada 2018 silam, saat itu banyak jemaah yang sudah lanjut usia. Alih-alih khawatir, justru banyak di antara mereka merasa kesehatannya jauh lebih fit. Setiap hari selalu diingatkan kepada semua jemaah untuk menjaga kesehatan dengan banyak minum air, saling membantu sesama, mempererat kebersamaan layaknya sebuah keluarga, meningkatkan sabar, mempertebal keikhlasan, dan memperbanyak istisgfar agar dikuatkan selama melaksanakan ibadah.

Dia bercerita, saat itu bersamanya ada enam jemaah yang akan menuju Raudah di dalam Masjid Nabawi. Tempat ini sering disebut sebagai Taman Surga. Salah satu tempat yang disebut mustajab saat berdoa. Jemaah pada umumnya tidak akan meninggalkan kesempatan untuk berdoa dan mendirikan salat di tempat ini. Ketujuh orang itu pun berbaris dengan bergandengan tangan. Gerak pelan di tengah ratusan orang. Tiba-tiba, entah dari mana ada seorang perempuan lansia yang menyambung barisan itu dan memegang tangan istri saya. Perempuan itu memohon untuk turut serta, sebagai petugas kesehatan istri saya menolak dengan halus mengingat kondisi dan pertimbangan lainnya.

Tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya wajah ibunya. Sambil mengucap istigfar berulang kali, dia pun akhirnya memperbolehkan perempuan itu untuk ikut. Lansia itu pun menunjukkan raut wajah bahagia. Entah bagaimana ceritanya, barisan yang didominasi para perempuan lansia ini dengan mudah berhasil mencapai Raudah. Para askar perempuan, pasukan keamanan masjid, yang dikenal tegas justru bersikap ramah dan bersahabat. “Hajjah, hajjah, thariq,” ucap mereka menyuruh rombongan lansia itu maju.

Tak hanya diarahkan untuk segera mencapai raudah, para askar itu juga memberikan waktu yang cukup bagi mereka untuk bermunajat dan salat. Setelah keluar dari Raudah, ketujuhnya baru sadar bahwa perempuan sebelumnya yang turut bergabung tak bersama mereka lagi. Seolah-olah dia hadir untuk memudahkan para lansia itu menunaikan niat dan hajat mereka di Taman Surga. Pengalaman spritual sejenis itu bukan hal yang muskil dalam pelaksanaan ibadah haji. Banyak cerita yang mengisahkan pengalaman pertolongan Allah dalam prosesi haji. Kemudahan-kemudahan yang kadang tak tercerna akal sering dijumpai oleh calon haji.

Selamat jalan, Duyufurrahman. Selamat menunaikan ibadah haji. Semoga menjadi haji dan hajjah yang mabrur. Doakan daerah kita ini agar senantiasa diberikan keberkahan dan perlindungan oleh Allah SWT sembari doakan pula agar kami kelak bisa berangkat ke sana untuk tujuan serupa. Doakan agar di masa mendatang kami juga diarak, dilepas dengan penuh kebahagiaan untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci. Berlari-lari kecil seperti Siti Hajar yang mencari air untuk Ismail kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah. Melempar jumrah, meneladani Nabi Ibrahim yang tak terusik oleh godaan iblis dan bersiarah ke makam Rasulullah SAW, kekasih Allah.

“Aku datang memenuhui panggilan-Mu, ya, Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”.

 

Penulis adalah ASN pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Mandailing Natal

Mungkin Anda Menyukai