Atika, Batahan, dan Infrastruktur Impian Sejak 1970-an

Batahan (HayuaraNet) – Ada koneksi tersendiri yang dirasakan Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) ketika menginjakkan kaki di tanah Kecamatan Batahan. Koneksi itu telah bermula sejak dirinya masih belum terpilih sebagai wakil bupati.

“Saat saya berkunjung ke sini sebelum jadi wakil bupati, saya merasa jalan-jalan di Batahan harus diaspal,” kata Atika saat menyampaikan sambutan pada acara Kunjungan Kerja Wakil Bupati Mandailing Natal dan Pelayanan Kesehatan Gratis yang berlangsung di kompleks kantor camat setempat, Batahan, Selasa (09/07).

Lulusan UNSW Australia ini menyadari tidak bisa selalu ada di Batahan. Namun, meskipun hanya sesekali berkunjung, dia selalu membawa perubahan. “Sing penting ada perubahan,” ujar Atika disambut tepuk tangan warga.

Bisik-bisik yang menyebutkan wilayah pantai barat Madina dianggap anak tiri di kabupaten ini, jelas Atika, sampai ke telinganya dan Bupati HM Jafar Sukhairi. Adagium itu telah usang selaras dengan atensi pemerintah Sukhairi-Atika yang tinggi ke daerah ini.

Kepedulian terhadap daerah ini ditandai dengan porsi anggaran pembangunan infrastruktur yang lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Atika sadar kontribusi Kecamatan Batahan terhadap pembangunan Madina cukup besar sehingga sudah selayaknya pemerataan infrastruktur terjadi.

“Pembangunan memang ada dari APBN dan APBD provinsi juga APBD Madina, tapi Pemkab Madina punya peran dengan mengusulkan titik pembangunan,” katanya.

Atika mengaku bahagia melihat pembangunan di Batahan. Rasa bahagia itu sama halnya ketika untuk pertama kalinya RSUD Panyabungan bisa melayani pasien cuci darah. Hal-hal baik pada masa pertama, katanya, rasanya selalu spesial.

Ternyata, Atika sadar bahwa dulu banyak masyarakat yang tidak menyukai dirinya di Kecamatan Batahan karena tidak mendukung kelanjutan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batahan. Baginya, KEK itu masih jauh karena banyak hal yang harus disiapkan. Persyaratan menuju kawasan perekonomian tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“Kami tidak ingin masyarakat terus menunggu sementara proses pemenuhan persyaratan belum selesai,” ungkapnya.

Persyaratan itu, menurut orang nomor dua di Pemkab Madina ini, bisa dicapai dengan mulai menyiapkan infrastruktur yang memadai. Atika menilai, tidak ada gunanya menjanjikan kepada masyarakat sesuatu yang tidak bisa dicapai. “KEK itu nanti akan kita capai ketika semua persyaratan telah terpenuhi,” tuturnya.

Dia menilai, sebuah pemerintahan akan lebih terpandang ketika berhasil membangun infrastruktur yang benar-benar bisa dimanfaatkan masyarakatnya. “Harapan pemerintah kepada masyarakat mendukung program pemerintah. Salah satunya dengan menjaga bangunan yang ada,” ungkap wakil bupati peraih dua rekor MURI ini.

Ternyata, pembangunan jalan yang sedang gencar-gencarnya di Batahan semasa pemerintahan Sukhairi-Atika benar-benar dirasakan masyarakat perubahannya. Tokoh masyarakat Talkisman Tanjung mengakui sejak tahun 1970-an belum ada pembangunan jalan dan jembatan semasif saat ini.

Jalan yang dibangun dalam tiga tahun terakhir mampu mendorong percepatan akses transportasi dan ekonomi masyarakat. Apalagi, jarak tempuh ke dua kecamatan terdekat, Sinunukan dan Natal, semakin singkat.

“Sebagai perwakilan masyarakat, kami mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Madina atas perhatian terhadap kecamatan kami ini,” ujar Talkisman.

Melihat perhatian dan keseriusan Pemkab Madina membangun infrastruktur yang merata, tokoh masyarakat ini berharap agar pembangunan jalan dan jembatan serta bangunan lain di daerah ini dapat dilanjutkan.

Tak hanya itu, kesempatan ini juga dimanfaatkan masyarakat menyampaikan keluhan yang dihadapi banyak desa, yakni permasalahan plasma yang belum tuntas. Bahkan ada kebun plasma yang masa panen sawitnya sekitar 7-8 tahun lagi, tapi hasilnya belum maksimal dinikmati peserta.

Terkait ini, Atika mengaku Pemkab Madina menjadikan hal ini sebagai salah satu prioritas. Di sisi lain dia berpesan kepada pegawai perusahaan agar di masa mendatang ketika kepala daerah berkunjung dan pihak perusahaan diundang, maka yang harus hadir adalah orang yang bisa mengambil kebijakan.

“Saya bahagia menginjakkan kaki di Batahan ini,” ucap Atika sebelum menutup kata sambutannya. (RSL)

Mungkin Anda Menyukai