Panyabungan (HayuaraNet) – Bupati Mandailing Natal (Madina) H. Saipullah Nasution mengapresiasi para kepala desa di Kecamatan Tambangan yang konsisten menggelorakan kegiatan wisata permainan leluhur (Witapermainur) sebagai upaya mencegah anak-anak kecanduan gawai.
“Terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas konsistensi para kepala desa yang terus menggalakkan kegiatan-kegiatan permainan tradisional untuk anak-anak sehingga mereka tidak ketergantungan bermain handphone,” kata Saipullah pada Minggu, 13 Juli 2025.
Dia juga mengimbau pemerintah desa agar melestarikan budaya dan permainan tradisional di tengah-tengah masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang belakangan ini makin kecanduan bermain gawai.
“Mari kita terus pertahankan budaya dan permainan tradisional sehingga anak-anak dapat bermain dan dapat bersosialisasi untuk menambah kawan, sekaligus mengaktualisasikan diri mereka kepada sesama teman,” sebut dia.
Selain mencegah kecanduan gawai, Saipullah menilai permainan tradisional juga dapat merangsang kreativitas anak-anak untuk menciptakan mainan-mainan baru. “Ini akan berdampak positif dalam membangun kemampuan dan keterampilan anak-anak kita,” lanjut pensiunan ASN pada Kementerian Keuangan itu.
Dia pun mengimbau para kepala desa di kecamatan lainnya untuk mengadopsi program Witapermainur. “Untuk itu, saya minta agar semua kepala desa di kecamatan lainnya mengikuti kegiatan ini (Witapermainur) di desa masing-masing,” pesan bupati.
Di sisi lain, Bupati Saipullah juga menyampaikan salam hormat kepada para orangtua yag mempunyai semangat dan cinta pada perkembangan dan kemajuan anak-anaknya dengan mendukung program tersebut.
Sebelumnya, Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution juga telah menyampaikan apresiasi. “Perlu kita apresiasi mengingat program positif ini sangat berdampak, terutama jangka panjang, kepada anak-anak kita,” kata Atika pada, Kamis 22 Mei 2025 lalu.
Dia menjelaskan, perkembangan teknologi membuat anak-anak leluasa mengakses konten-konten di internet. Jika tidak ada pengawasan dan filterisasi, kata Atika, bukan tak mungkin anak-anak akan mengakses konten internet yang bertentangan dengan ajaran agama dan budaya.
Itu sebabnya, menurut Atika, program pembatasan penggunaan gawai perlu digalakkan untuk mengurangi keresahan terhadap dampak buruk penggunaan gawai bagi anak-anak dan remaja.
“Untuk itu, program-program seperti ini akan kami dukung agar moral anak-anak kita bisa kita jaga, tapi juga mereka tidak buta terhadap perkembangan informasi dan teknologi,” tegas peraih dua rekor MURI ini.
Atika menegaskan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina mengapresiasi inisiatif para kepala desa, lurah, dan camat Tambangan yang membuat kesepakatan pembatasan penggunaan gawai serta pemberlakuan jam malam bagi anak-anak dan remaja.
“Mudah-mudahan seluruh masyarakat dapat mendukung, karena ini program yang bagus sekali,” tutur Atika.
Seperti diketahui, pemerintah desa di Kecamatan Tambangan selama dua tahun terakhir konsisten membimbing anak-anak untuk meninggalkan kebiasaan bermain gawai melalui kegiatan Witapermainur, terutama saat di luar kegiatan sekolah.
Setiap Minggu, pemerintah desa mengajak anak-anak bermain berbagai permainan tradisional warisan leluhur. Tujuannya, membentuk karakter, meningkatkan interaksi sosial, serta melestarikan budaya lokal di kalangan anak-anak.
Selain itu, anak-anak juga mendapat makanan tambahan bergizi berbahan dasar lokal sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan mereka. (rls)