Sore ini, Jumat (08/11), ponsel berdering. Terlihat ada pesan masuk di WhatsApp dari seseorang yang tidak terdaftar di kontak. Nama pengguna tertulis Sabarmuddin Tampubolon. Ditulis lengkap. Dia adalah mahasiswa S-2 National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan.
Sabar, begitu dia akrab dipanggil, sebelumnya sempat viral setelah ‘berani’ menawarkan Kopi Mandailing kepada pengusaha di negara bagian Republik Tiongkok itu. Dia berbagi kisah inspiratif sampai kemudian lulus dan bisa melanjutkan studi di sana.
Sabarmuddin merupakan anak dari pasangan Doa Tampubolon dam Masriwan yang memiliki mimpi melanjutkan studi di luar negeri. Tak hanya bermimpi. Dia bekerja keras dan berhasil mendapatkan beasiswa penuh dalam pendidikannya untuk menyelesaikan studi dengan jurusan International Master of Business Administration itu.
Sekolah tinggi tempat dia belajar sekarang bukan kampus kaleng-kaleng. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan US News & Report 2024-2025 Best Global Universities, YunTech berada pada posisi ketujuh di Taiwan dan peringkat 851 secara global.
Lulusan SMA Negeri 1 Sinunukan ini tidak lahir dari keluarga mumpuni. Orang tuanya hanya petani. Maka dari itu, tak mengherankan dia bekerja keras untuk mendapatkan beasiswa sehingga bisa melanjutkan pendidikan S-2. Saat ini, Sabarmuddin sedang menjalani semester kedua.
Meskipun menerima beasiswa, pria kelahiran Juni 2001 ini tak berleha-leha dengan kehidupan di negara yang terkenal dengan sebutan Pulau Teknologi itu. Dia mengambil pekerjaan paruh waktu guna menunjang biaya hidup sehari hari. Baginya, keterbatasan ekonomi bukan berarti keterbatasan pendidikan.

Alumni SMP Negeri 2 Sinunukan ini membagi kisahnya agar menjadi motivasi bagi anak-anak Bumi Gordang Sambilan untuk melanjutkan studi bagaimapun kondisi ekonomi keluarga. Di sisi lain, dia berharap pemerintah, utamanya pemerinatah daerah, lebih memperhatikan mahasiswa yang kurang mampu, tapi memiliki kemauan yang kuat.
Dia berharap, tidak ada lagi anak-anak yang harus mengubur impian menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena terkendala biaya, termasuk mereka yang ingin studi ke luar negeri.
Anak dari Desa Banjar Aur Utara, Kecamatan Sinunukan, ini tak memungkiri capaian ini berkat bantuan banyak pihak. Dia pun secara tulus menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan semua pihak yang memberikan dukungan. Baik itu dukungan moral, terlebih dukungan finansial.
Sabarmuddin menutup ceritanya dengan sebuah pesan, “Ekonomi bukanlah alasan utama untuk tidak menempuh pendidikan. Dengan tekad kuat dan doa, selalu ada jalan untuk menggapai mimpi”. (*)