Panyabungan (HayuaraNet) – Parwis Nasution. Demikian nama guru tersebut. Di tengah banyaknya anak-anak yang tak melanjutkan pendidikan di Desa Siobon Jae, Desa Siobon Julu, dan Desa Aek Mata, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), dia membuat terobosan dengan meghadirkan becak oleng sebagai sarana transportasi siswa SMP Negeri 7 Satu Atap Panyabungan.
Ketiga desa ini sebelumnya memang lama terisolasi karena jalan yang tak kunjung dibangun. Pada masa itu, anak-anak yang lulus SD banyak yang lebih memilih bertani, berkebun, atau merantau alih-alih melanjutkan pendidikan. Jalan ke tiga desa tersebut baru tersentuh pembangunan dua tiga tahun terakhir.
Akibat kondisi jalan yang tak mendukung, pernikahan dini pun menjadi tantangan lain di tiga desa tersebut. Tak ingin lebih banyak anak-anak putus sekolah hanya karena kendala tranportasi, Parwis secara sukarela mengeluarkan uang pribadi menyiapkan satu unit becak oleh-becak bermotor dengan daya tampung 7-8 orang-untuk memudahkan anak-anak menjangkau sekolah.
Guru Muda Ahli Pratama ini baru dipercaya kepala Dinas Pendidikan Madina sebagai Plt. kepala SMPN 7 Satu Atap Panyabungan 13 Januari 2025. Terobosan tersebut akan mulai beroperasi per tahun ajaran 2025-2026. Sasaran utamanya adalah anak-anak di Desa Aek Mata yang letaknya paling jauh dari sekolah di antara tiga desa.
Tak hanya itu, ASN yang tinggal di Desa Lumban Dolok, Kecamatan Siabu, ini juga berkomunikasi dengan ketiga kepala desa untuk secara bersama-sama membeli perlengkapan sekolah bagi peserta didik, termasuk seragam dan sepatu. Dia tak ingin keberadaan becak oleng itu sia-sia karena anak-anak terkendala biaya sekolah.
Sikap pahlawan ini, kata Parwis, bukan untuk gagah-gagahan. Melainkan panggilan hati seorang pendidik yang prihatin melihat banyaknya anak putus sekolah di tiga desa itu. Apalagi, minat lulusan SD untuk mengikuti sekolah ke jenjang lebih tinggi kian pudar dalam beberapa tahun terakhir.
Keinginan melihat anak-anak di tiga desa itu bisa menjangkau sekolah yang lebih tinggi muncul dari niat ikhlas memajukan pendidikan.
“Dulu ada siswa bersekolah di SMPN 7 Satu Atap ini, tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana mereka terpaksa berhenti sekolah,” kata dia di sela-sela perayaan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025 pada Jumat, 2 Mei 2025.
Potret pendidikan yang tidak adil dan jauh tertinggal dari sekolah di ibu kota kabupaten yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer membuat tekad Parwis kian bulat mencari solusi inklusif agar anak-anak kembali ke sekolah.
“Becak ini nanti setiap hari sekolah akan antar-jemput murid dari Desa Aek Mata,” jelas Parwis.
Dia pun meminta dukungan para orang tua di tiga desa itu untuk memotiviasi dan “memaksa” anak-anak melanjutkan pendidikan. Menurut dia, alasan ekonomi bisa dicarikan solusi. Hak-hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan harus terpenuhi.
Program itu pun mendapat sambutan baik dari Koordinator Wilayah (Korwil) I UPDT Dinas Pendidikan Darmawi Batubara. Menurut dia, keikhlasan Parwis itu adalah kado dari seorang pendidik untuk kemajuan bangsa pada momen peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025.
“Kepala Sekolah yang baru saja menjabat mempunyai inovasi yang sangat baik demi keberlangsungan pendidikan di SMPN 7 Satu Atap yang muridnya direkrut dari Desa Aek Mata. Dinas Pendidikan sangat mengapresiasi langkah saudara Parwis Nasution,” pungkas Darmawi. (RSL)