Tambangan (HayuaraNet) – Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di sela-sela wisata permainan leluhur (witaperaminur) di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), merupakan salah satu upaya menjauhkan anak-anak dari jajanan tidak sehat.
Hal itu disampaikan oleh Camat Tambangan Enda Mora Lubis ketika dimintai keterangan terkait PMT dan witapermainur yang rutin dilkasanakan di kecamatan itu setiap Minggu. “Ini sifatnya mencegah dan menjauhkan anak-anak dari jajan sembarangan,” katanya, Senin (28/10).
Enda mengatakan, pemerintah kecamatan dan desa di wilayah yang dipimpinnya punya kesepakatan bersama menjauhkan anak-anak dari penggunaan ponsel berlebihan. Juga, mengedukasi agar bisa memilah dan memilih jajanan sehat.
Baca Juga: Atika dan Kepedulian terhadap Masa Depan Anak
“Pada banyak kesempatan, kami sampaikan kepada orang tua agar lebih memperhatikan jajanan anak. Apalagi belakangan sering muncul berita anak-anak harus cuci darah karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat,” terang Enda.
Dalam sosialisasi dan kampanye makanan sehat ini, lanjut Enda, pihaknya menggandeng kader kesehatan desa dan TP PKK. “Ibu-ibu PKK juga kami libatkan. Tujuannya agar anak-anak kita ini tumbuh dengan baik dan jauh dari hal semacam itu,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pasar Laru Sahrial Efendi Lubis mengaku sejak program tetsebut dimulai pada 6 Juni 2024, pemerintahan desanya tak pernah absen memberikan makanan tambahan kepada anak-anak setiap Minggu.
Untuk Minggu (27/10), lanjut Sahrial, anak-anak diikenalkan dengan alam berupa gotong-royong membuat taman bunga. “Ini melatih kekompakan juga. Seperti biasa, acara kami tutup dengan pemberian makanan bergizi,” tutupnya.
Kegiatan serupa juga berlangsung di desa-desa lain di kecamatan tersebut.
Baca Juga: Wita Permainur: Konsistensi dan Semangat Menjaga Generasi
Ketua TP PKK Kecamatan Tambangan Ny. Leili Auliani Enda Mora menyebutkan program ini merupakan bagian dari menyiapkan anak-anak yang sehat dan mampu bersosialisasi dengan baik. Untuk makanan, katanya, disiapkan dari bahan murah, sehat, dan mudah didapatkan di lingkungan desa itu.
“Kami juga mengampanyekan penggunaan bahan hasil kebun dan ternak warga sehingga terjalin simbiosis mutualisme,” terangnya.
Leili, yang sering turun ke desa-desa meninjau pelaksanaan PMT, berharap program seperti ini terus berlanjut dan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
Dia menilai, tantangan anak-anak saat ini lebih kompleks di tengah kemajuan teknologi. “Itu juga membuat orang tua harus lebih waspada. Tidak akan ada yang mengawasi mereka kalau bukan kita sendiri,” pungkasnya. (RSL)