Panyabungan (HayuaraNet) – Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) Atika Azmi Utammi Nasution menyebut bahwa Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tahun 2024 adalah momentum meningkatkan kesadaran untuk merawat lansia (lanjut usia) dalam keluarga.
Hal itu dia sampaikan di sela-sela peringatan Harganas 2024 di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/06).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 lalu, jumlah lansia di Indonesia mencapai 10,48 persen dari total jumlah penduduk. Persentase ini diprediksi akan mencapai 16,5 persen pada 2035 mendatang. Indonesia juga akan mengalami fenomena feminisasi lansia, yaitu suatu kondisi jumlah lansia perempuan lebih banyak dibanding lansia laki-laki.
Data BPS tahun 2022 juga menyebutkan persentase lansia dengan status tinggal bersama keluarga inti sebanyak 33,18 persen dan lansia tinggal bersama tiga generasi sebanyak 35,93 persen, sedangkan sisanya tinggal bersama pasangan, tinggal sendiri dan lainnya.
Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah menyatakan dukungan terhadap Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Lansia yang dipandang mampu memperkuat integrasi rehabilitasi sosial dengan jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan lansia. RUU tersebut telah masuk dalam Longlist Prolegnas 2024.Ini menunjukkan bahwa pemerintah memberikan perhatian lebih kepada masyarakat lanjut usia.
Mantan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI Harry Hikmat pada 2020 lalu menyatakan bahwa dari sisi permasalahan kemiskinan, lansia termasuk kelompok dengan tingkat kemiskinan tinggi. Selian itu, kelompok ini juga termasuk rentan dari perilaku dan tindak kekerasan atau kejahatan.
Berdasarkan Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019 BPS, 1,1 persen lansia pernah menjadi korban kejahatan dalam tahun tersebut. Persentase lansia yang menjadi korban kejahatan di perkotaan lebih tinggi daripada lansia di perdesaan (1,25 persen berbanding 0,93 persen). Ini menunjukkan bahwa tingkat keamanan di perkotaan maupun di perdesaan tidak jauh berbeda.
Masih dari data yanga sama, persentase lansia laki-laki yang mengalami tindak kejahatan lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan (1,40 persen berbanding 0,83 persen). Jenis kejahatan yang paling sering dialami oleh lansia adalah pencurian sebesar 89,52 persen.
Bahkan dalam laporan tahun itu, BPS memberikan catatan bawha dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh elemen masyarakat terkait hal ini, karena lansia yang tinggal sendiri membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar mengingat hidup mereka lebih berisiko, terlebih pada lansia perempuan yang cenderung termarginalkan. (RSL)