Tambangan (HayuaraNet) – Dalam rangka mendukung program Nasional pengentasan anak-anak dari stunting, pemerintahan desa di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), menyajikan ragam makanan tambahan untuk anak di bawah usia lima tahun (balita) di sela-sela Festival Permainan Leluhur, Minggu (07/07).
Adapun ragam makanan yang disajikan mulai nasi kuning dengan lauk ayam goreng, bubur pulut hitam, sampai sup telur. Pemberian makanan tambahan (PMT) ini juga untuk memotivasi anak-anak yang bermain permainan tradisional.
Minggu ini merupakan pekan kelima Festival Permainan Leluhur dan PMT yang digagas pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan setempat. Ini merupakan program yang bertujuan membatasi anak-anak menggunakan gawai, terlebih pada masa libur sekolah seperti saat ini.
Kepala Desa Muara Mais Jambur H. Anwar Saddat mengatakan, untuk pekan kelima festival pihaknya memilih PMT berupa sup telur. Dia menyebutkan banyak khasiat dari makanan bergizi ini, antara lain sebagai sumber protein, bisa meningkatkan kekebalan, tubuh, dan mudah dicerna.
Di sisi lain, mereka juga mengenalkan uyup–uyup, sejenis terompet dengan bahan batang padi dan daun nyiur, untuk mendorong kreativitas anak-anak. “Permainan ini melatih kreativitas dan keterampilan anak-anak,” katanya.
Dia mengaku anak-anak antusias belajar membuat uyup-uyup ini. Terlebih, hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. “Untuk orang seusia kami rata-rata bisa membuat ini, tapi untuk anak-anak sekarang masih asing karena selama ini lebih dekat dengan gim online,” sebutnya.
Anwar Saddat menambahkan, dorongan masyarakat dalam mendukung program pembatasan penggunaan gawai di kalangan anak-anak semakin besar. “Hari ini, nauli bulung turut bermain kasti. Ini menjadi dorongan bagi anak-anak bahwa permainan seperti ini menyenangkan,” tutupnya.

Senada dengan itu, Kepala Desa Laru Bolak Budi Saleh mengatakan untuk pekan kelima pemerintahan desa memutuskan memberikan makanan tambahan berupa bubur pulut hitam. “Kegiatan ini positif mendukung tumbuh kembang anak. Setidaknya mereka kini bisa sedikit menjauh dari handphone,” katanya.
Ibu-ibu pengurus PKK desa tersebut, tambah Budi, mengenalkan permainan gotriala. Dia menjelaskan permainan ini fokus pada kejujuran, kerja sama, dan mempererat silaturahmi.
“Permainan jadul ini sudah mulai diminati anak-anak, terbukti setiap hari sudah ada anak-anak yang memainkan permainan tradisional,” ujarnya.
Budi menilai hari Minggu kini menjadi spesial bagi anak-anak di desanya. Bukan sebab libur melainkan karena adanya program ini. “Apalagi selalu diselingi dengan pemberian makanan tambahan,” tutupnya.
Kepala Desa Hutatonga AB Alimuda Hasibuan menuturkan anak-anak di desanya antusias menyambut hari Minggu. “Anak-anak sudah tahu kalau hari Minggu itu ada ragam permainan. Jadi, sejak pagi sudah berkumpul di halaman PAUD Pertiwi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ketua BPD, ibu-ibu pengurus TP PKK, perangkat desa, dan kader kesehatan terlibat dalam menjalankan program bersama ini. “Kami berbagi tugas. Untuk PMT pekan ini, kami pilih nasi kuning dengan lauk ayam goreng,” tuturnya.
Sekretaris Camat Tambangan Bahren Daulay menekankan program bersama ini terus dipantau dan dievaluasi setiap bulannya dengan tujuan untuk mematangkan program sehingga bisa berkelanjutan.
“Selalu kami pantau dengan Pak Camat. Ada grup WA khusus untuk pelaksanaan program ini. Kadang kami diskusi juga kalau misalnya ada inovasi tertentu dari kepala desa,” tegasnya.
Ubah diketahui, festival Permainan Leluhur dan PTM merupakan program bersama di kecamatan tersebut untuk memberi ruang bermain bagi anak-anak agar terhindar dari penggunaan gawai yang berlebihan. Pembatasan dilakukan dengan memberikan pilihan lain berupa permainan tradisional seperti engrang, congklak, dan terompah gajah.
Di sisi lain, kegiatan ini diselingi dengan PMK untuk mendukung dan menyukseskan program pengentasan stunting di daerah tersebut. (RSL)