Tambangan (HayuaraNet) – Wita Permainur atau wisata permainan leluhur yang menggema di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), dalam empat bulan terakhir masih konsisten terlaksana. Tak hanya fokus pada permainan, program ini terus berkembang dengan tujuan utama mengalihkan keterikatan berlebihan anak-ana kepada gawai dengan menghadirkan alternatif positif.
Baca Juga: Pekan ke-6 Festival Permainan Leluhur, Para Kades Ajak Masyarakat ke Tambangan
Penggunaan gawai berlebihan, terutama ponsel, tak hanya merusak fungsi syaraf dan psikologi anak, tapi juga menjauhkan mereka dari moralitas. Kabar mengenai anak yang melakukan tindakan asusila karena terlalu sering terkoneksi dengan konten pornografi di internet sudah sering terdengar.
Terkini, kabar dari Palembang membuat para orang tua terenyuh. Bagaimana tidak, seorang remaja perempuan berusia 13 tahun diperkosa dan dibunuh oleh empat laki-laki di bawah umur. Para pelaku adalah IS (16 tahun), MZ (13), AS (12), dan NS (12). Berdasarkan keterangan Dirkrimum Polda Sumatera Selatan Kombes Anwar Reksowidjojo, pemerkosaan itu direncanakan para tersangka.
Kejadian tragis lain terjadi di Blitar, Jawa Timur, pada medio Juni 2024. SAN, seorang remaja berusia 17 tahun memutuskan gantung diri karena ponsel miliknya disita oleh orang tuanya. Penyitaan itu dilakukan karena SAN tengah kecanduan gim online (daring) dan kerap mengurung diri di kamar.
Di sisi lain, Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kawiyan menyampaikan bahwa fenomena judi daring merembet ke anak-anak di bawah umur. Hal ini seiring dengan catatan pemerintah yang menyatakan 80 ribu anak di bawah usia 10 tahun terpapar judi daring dan 440 ribu usia 10-20 tahun.
Kawiyan menilai, hal ini terjadi karena tingginya tingkat ketersambungan wilayah dengan jaringan internet tidak dibarengi pengawasan yang ketat terhadap anak. “Problemnya, bayak anak yang beraktivitas di ranah daring tidak mendapatkan pengawasan dan pendampingan orang tua,” katanya, Jumat (21/06) silam.
Baca Juga: Wita Permainur Bisa Jadi Ikon Desa dan Perlu Publikasi yang Masif
Fenomena ini yang ditangkap oleh Pemerintah Kecamatan Tambangan dan pemerintahan desa/kelurahan di kecamatan itu. Awalnya, mereka sepakat membuat Festival Permainan Leluhur dan dipentaskan di Desa Muaramais, Kamis (06/06) lalu. Agenda itu, kata Camat Enda Mora, merupakan wujud komitmen pemerintah membatasi anak-anak dari penggunaan gawai berlebihan.
Amtenar itu menjelaskan, permainan tradisional mengajarkan banyak hal bagi anak-anak. Antara lain kekompakan, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan kecerdesan emosional. “Nanti di sela-sela permainan akan diberikan makanan tambahan,” kata Enda.
Dalam praktiknya, festival permainan leluhur itu berevolusi menjadi wisata permainan leluhur atau yang disingkat Wita Permainur. Sejak gong festival digaungkan hingga hari ini, Minggu (08/09), program tersebut masih berjalan dengan konsisten. Bahkan, dalam perjalanannya banyak inovasi muncul.
Kepala Desa Pastap Julu Bahagia Lubis memadukan program ini dengan menonton bersama atau nonton bareng. Film yang dipertontonkan adalah yang erat kaitannya dengan motivasi belajar dan sirah nabawiyah.
Di Desa Tambangan TB lain lagi. Wita Permainur yang rutin dilaksanakan setiap hari Minggu diawali denga senam sehat anak. Terkini, anak-anak yang sudah cakap dan hapal gerakan senam ditunjuk sebagai pemandu. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak tampil di depan orang banyak.
Baca Juga: Wabup Atika Minta Suara Sumbang Terkait Wita Permainur Diabaikan
Muhammad Raja Lubis, kepala Desa Pastap menyatukan kegiatan ini dengan senam sehat lansia. Pada saat bersamaan lansia dan anak-anak disatukan dalam agenda berbeda. Ternyata, keceriaan anak-anak saat bermain congklak, terompah gajah, engrang, main tali, dan sebagainya memberikan rasa bahagia tersendiri bagi lansia.
“Para lansia antusias dengan giat senam sehat ini. Mereka berharap ini dirutinkan,” kata Raja, Minggu (16/06) lewat.
Sekretaris Kecamatan Bahren Daulay menyampaikan terima kasih atas konsistensi para kepala desa menjalankan Wita Permainur. “Sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk melindungi anak-anak dari pengaruh buruk penggunaan gawai berlebihan,” sebut amtenar ini, Minggu (08/09).
Pemerintah Kecamatan, lanjut Bahren, berharap para kepala desa menyediakan buku bacaan yang sesuai dengan usia anak untuk mendorong lahirnya generasi yang literat.
Program Wita Permainur ini pun dikelola sebagaimana wisata pada umumnya. Para kepala desa mengajak orang tua agar membawa anak-anak ke Kecamatan Tambangan pada hari Minggu. (RSL)